Herr Kostis, OXI, dan Kita


Ribut-ribut Yunani gagal bayar utang ini membuat saya ingat tetangga saya dulu di Bergstr. 7, Munich, Jerman. Namanya Herr Kostis. Ya, Kostis itu family name. Saya tidak ingat nama depannya. Kita di Indonesia hanya biasa mengingat satu nama, minimal salah satu kata saja dari nama panjang. Tetapi di Eropa itu perkara penting seperti tradisi Islam juga punya nama yang mempunyai nasab.

Herr Kostis ini seorang Yunani, tapi lama tinggal di Munich. Bekerja sebagai pegawai Siemens tetapi saat saya di rumah itu antara 2001 dan 2006 beliau sudah pensiun. Istrinya saya panggil saja Frau Kostis agar mudah, tetapi beliau ini bukan orang Yunani melainkan orang Kroasia. Tahu kan Kroasia? Dulu bagian dari Yugoslavia.

Mereka punya anak tunggal yang saya lupa namanya. Ah iya, namanya Alex. Tentu Alex Kostis. Seingat saya sang putra ini bekerja di Siemens. Sampai-sampai ada anekdot bekerja di Siemens adalah seperti jadi pegawai negeri, dari awal sampai pensiun kerja di Siemens, pakai asuransi Siemens, cari rumah pakai makelar anak perusahaan Siemens, dan seterusnya. Alex menyewa garasi yang jadi bagian apartemen yang kami sewa, karena kami tidak punya mobil.

Keluarga Kostis ini sangat hangat. Mereka selalu menyapa kami kalau bertemu dan bisa bicara panjang lebar ngalor ngidul bicara soal cuaca sampai anjing mereka yang diajak jalan-jalan dua kali sehari. “Tahukah anda, anjing pun bisa stress …”, kata Herr Kostis selalu. Ya, saya hanya berpikir di Jerman anjing sudah seperti anak saja. Pernah kami masuk lift di mana ada seseorang membawa anjing besar yang mengerikan. Kami membawa bayi -Adna waktu itu masih 2 tahun umurnya – tentu menampakkan tanda takut. Pemiliknya kelihatan tersinggung dan meyakinkan kami bahwa dia bisa kontrol anjingnya. Also Gut.

Karakter keluarga Kostis yang sangat hangat ini terasa di setiap komunitas Yunani yang kami jumpai. Mereka berbeda dengan orang Jerman yang kaku, mungkin perilaku orang Yunani dan orang-orang Eropa Selatan lainnya mirip dengan orang Asia Tenggara yang senang menyapa, senang kumpul-kumpul, senang bikin pesta. Tetapi dari sisi orang Jerman mereka punya stereotype bahwa kelakuan orang Eropa Selatan ini adalah budaya pemalas. Orang Jerman sendiri adalah pekerja keras, pelit karena suka menghemat, dan tidak terlalu suka pesta beramai-ramai. Kalau pesta, undangan 20 orang saja sudah cukup ramai.

Ketika sekarang Berlin memberi syarat penghematan sebelum mengucurkan utang berikutnya ke Yunani, oleh saya terbayang kembali stereotype itu. Dan Yunani menjawab pada referendum kemarin: OXI. Tidak.

Entah bagaimana nanti nasib perekonomian Yunani kalau Yunani kembali ke mata uang drachma dari Euro dan tetap harus membayar utang. Entah pula bagaimana nasib perekonomian dunia. Dan kita.


Leave a Reply